Cerita di Balik Kemunculan Kretek, Ternyata Awalnya Dipakai untuk IniBaca artikel detiknews, "Cerita di Balik Kemunculan Kretek, Ternyata Awalnya Dipakai untuk Ini"
Kudus - Kabupaten Kudus, Jawa Tengah dikenal dengan produksi rokok kreteknya sehingga punya julukan Kota Kretek. Siapa sangka ternyata rokok kretek mulanya digunakan untuk pengobatan. Seperti apa ceritanya?
Salah seorang pramuwisata di Museum Kretek, Novi Nurhayati mengatakan rokok kretek dulu awalnya ditemukan dari eksperimen seorang warga asli Kudus yang bernama Haji Djamari. Pada saat itu Djamari sedang sakit sesak dada.
"Pada tahun 1880, Haji Djamari ini sedang sakit sesak dada, karena zaman dulu belum tahu sakitnya apa. Nah kemudian Haji Djamari ini memoleskan minyak cengkih ke dadanya," kata Novi saat ditemui di Museum Kretek Kudus, Jalan Getas Pejaten nomor 155, Desa Getas Pejatan Kecamatan Jati, Jumat (21/8/2020).
Cengkih itu dibuat seperti balsem, kayak minyak kayu putih, nah itu dioleskan ke dada. Ternyata sesak dadanya kok hilang dan sembuh," sambung dia.
Novi menjelaskan dari kabar sembuh itu kemudian didengar masyarakat secara luas. Kemudian masyarakat luar banyak yang meminta dibuatkan minyak dari bahan cengkih tersebut.
"Dioles juga minyak cengkih itu juga akhirnya sembuh. Kabar sembuh itu banyak masyarakat yang tahu, hingga banyak masyarakat yang dibuatkan minyak cengkih itu. Namun belum sampai masa kejayaan Haji Djamari ini tutup usia," jelas dia.
Peluang bisnis tersebut lalu ditangkap oleh Nitisemito. Nitisemito pada awal tahun 1906 kemudian membuat rokok kretek. Awalnya dia hanya membuat 10 hingga 20 batang, namun lambat laun perusahaan itu semakin besar.
Tak main-main dalam catatan sejarah perusahaan rokok kretek Nitisemito mampu mempekerjakan sebanyak belasan ribu ribu karyawan. Hal ini juga menandai perkembangan rokok kretek pada zaman itu.
"Keadaan bisnis itu dilihat oleh Pak Nitisemito. Pada waktu itu hanya membuat 10 sampai 20 batang. Itu dibuat secara sendirian, namun kemudian banyak yang pesan. Nah lama kelamaan karyawan yang dimiliki sangat banyak sekali. Catatan sejarah Nitisemito mengerjakan karyawan sebanyak 15 ribu pada zaman itu," jelas Novi.
Dari sana kemudian perusahaan rokok kretek di Kudus mulai bermunculan. Sebelum terjadi Perang Dunia ke II home industry rokok kretek di Kudus tak terhitung banyaknya. Namun seiring kedatangan Jepang tahun 1942, perusahaan rokok kretek mulai menyusut.
"Setelah masuknya Jepang 1942 itu perusahaan rokok kretek mulai berkurang, karena pada zaman itu perekonomian tidak stabil bahan baku sulit, Setelah itu merdeka, terus banyak produsen bangkit lagi. Hingga sekarang perusahaan kretek di Kudus hanya ada 50 perusahaan," papar Novi.
Kisah perkembangan kretek di Kudus bisa ditemui di Museum Kretek yang terletak di Desa Getas Pejaten Kecamatan Jati Kudus. Di dalam museum yang diresmikan oleh Supardjo Rustam pada 3 Oktober 1986 itu banyak edukasi tentang perkembangan kretek dari zaman ke zaman.
Terpisah, Kepala Museum Kretek Kudus, Yusron mengatakan saat pandemi COVID-19 ini museumnya sudah mulai dibuka. Hanya saja, pengunjung yang datang harus menerapkan protokol kesehatan. Pihaknya juga telah menyediakan tempat cuci tangan dan imbauan untuk berjaga jarak.
"Setelah masuknya Jepang 1942 itu perusahaan rokok kretek mulai berkurang, karena pada zaman itu perekonomian tidak stabil bahan baku sulit, Setelah itu merdeka, terus banyak produsen bangkit lagi. Hingga sekarang perusahaan kretek di Kudus hanya ada 50 perusahaan," papar Novi.
Kisah perkembangan kretek di Kudus bisa ditemui di Museum Kretek yang terletak di Desa Getas Pejaten Kecamatan Jati Kudus. Di dalam museum yang diresmikan oleh Supardjo Rustam pada 3 Oktober 1986 itu banyak edukasi tentang perkembangan kretek dari zaman ke zaman.
Terpisah, Kepala Museum Kretek Kudus, Yusron mengatakan saat pandemi COVID-19 ini museumnya sudah mulai dibuka. Hanya saja, pengunjung yang datang harus menerapkan protokol kesehatan. Pihaknya juga telah menyediakan tempat cuci tangan dan imbauan untuk berjaga jarak.
"Kami menerapkan protokol kesehatan bagi pengunjung yang datang ke sini. Namun selama pandemi ini masih terbilang sepi, mungkin karena pelajar anak sekolah belum aktif lagi," kata Yusron saat ditemui di Museum Kretek, Jumat (21/8) siang.
( artikel di dapat dari detiknews,)
Komentar
Posting Komentar
erwingituloh91@gmail.com